Sejakkecil ketika aku belum mengenal dunia fana yang penuh teka - teki dalam kehidupannya ,seorang sosok yang penuh kasih yang melahirkan diriku dengan penuh cintanya, seseorang yang selalu sabar dalam mendidikku saat kecil untuk mengetahui jalan hidup yang benar dengan mengajarkanku ilmu ilmu agama sejak kecil agar jika dewasa kelak dirikuArticlePDF Available Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. PENGUATAN PERILAKU NGELONI ANAK OLEH ORANG TUA SEBAGAI BENTUK PENDIDIKAN KELUARGA HARMONIS DAN SEIMBANG Azam Syukur RahmatullahPascasarjana Universitas MuhammadiyahYogyakartaemail azamsyukurrahmatullah One of important aspects in educating children to have a harmonious, balanced, and lasting family is to concern on parenting since early times. One of the ways is to hug a child. This paper discusses the importance of child development so they can build a harmonious family. When the parent demonstrates their affections to their children by hugging, the children will get a double touch from their parent father and mother and they do not get the touch from one of them. Hugging children has a big role to child development in the future. The more the parent gives a sincere affection, positive situation, friendship, the more children will get strong of personality. A good and health personality will affect self-children positively when they build a family to become a harmony family. On the contrary, the less the parent give a warm hugging likes no affections and sincerity, derision, insult and reproach; the more the children will get a sick personality. Such personality will be a problem for children either in the present times or during the development period from childhood to teenage and adult.๎๎๎๎๎๎๎น๎ฃ๎๎ญ๎น๎๎๎ณ๎๎ฟ๎๎๎๎๎๎๎ ๎ผ๎๎๎๎๎๎๎๎ฆ๎๎ฟ๎๎๎ฆ๎๎๎ญ๎๎๎๎ช๎๎๎๎๎๎๎๎๎ท๎ช๎๎๎๎ท๎๎๎ฉ๎๎๎๎๎ฃ๎๎ฆ๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎ช๎ฃ๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎น๎๎๎๎๎ฉ๎๎ฟ๎๎๎ผ๎๎น๎๎๎๎ช๎๎๎๎ฎ๎น๎ก๎๎ฌ๎๎๎๎ ๎๎๎๎๎น๎๎๎๎๎น๎ค๎๎๎๎๎ ๎พ๎ ๎๎๎จ๎๎น๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎ ๎๎ธ๎๎๎๎๎๎๎น๎ค๎๎๎๎ช๎๎ช๎๎๎ธ๎๎๎๎๎๎๎ณ๎๎ฟ๎๎๎๎๎๎๎ ๎ผ๎๎๎๎๎๎๎๎ฆ๎๎ฟ๎๎๎ฆ๎๎๎ญ๎๎๎ช๎๎ณ๎ช๎๎๎ซ๎๎๎๎ง๎๎ฅ๎ณ๎ช๎บ๎๎น๎๎ง๎๎ฏ๎ช๎ท๎๎๎โ๎๎๎๎๎๎๎๎๎ฟ๎๎๎ผ๎๎โ๎๎๎ ๎๎๎๎๎จ๎๎ฟ๎๎๎๎๎๎ฟ๎ฆ๎๎๎ธ๎๎๎๎ฟ๎๎ฟ๎๎๎๎๎๎น๎๎ฒ๎๎๎๎จ๎๎๎ด๎๎พ๎จ๎๎๎๎๎ช๎๎๎๎จ๎๎๎๎ฅ๎๎ค๎๎๎๎ฟ๎๎๎ผ๎ฆ๎๎๎ฟ๎๎ฎ๎๎๎๎๎๎๎๎ซ๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎ฆ๎ธ๎๎ ๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎ฟ๎๎๎ผ๎๎๎๎๎๎ ๎๎๎ผ๎๎๎๎๎๎ ๎๎น๎โ๎๎๎๎ฟ๎๎๎ผ๎ฆ๎๎๎ธ๎๎๎๎๎ฅ๎ณ๎๎๎๎๎๎ค๎๎๎๎ฆ๎๎ฟ๎๎๎ฆ๎๎๎ญ๎๎ง๎๎ฅ๎ณ๎ช๎บ๎๎น๎๎๎๎๎๎๎๎๎ณ๎ช๎ช๎๎ญ๎๎๎๎๎๎ฅ๎น๎ฃ๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎ฟ๎๎๎ผ๎๎น๎๎๎พ๎ถ๎๎๎๎๎๎ ๎ธ๎๎๎๎ป๎น๎ค๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎ช๎๎ช๎๎ ๎๎๎๎ฑ๎๎๎๎๎๎๎๎ท๎๎๎๎บ๎๎๎โ๎๎๎๎๎๎ธ๎ฆ๎๎น๎๎ฎ๎๎๎๎ถ๎๎๎น๎๎๎๎ ๎๎๎ฆ๎ธ๎๎๎ก๎๎๎น๎๎๎๎น๎๎๎ฟ๎พ๎ท๎๎๎น๎๎๎ซ๎๎๎๎๎๎๎ธ๎๎๎น๎๎๎ช๎๎ณ๎น๎๎๎๎ฎ๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎ง๎ช๎พ๎๎๎ซ๎๎๎๎๎ ๎๎๎ฆ๎๎๎๎ณ๎ ๎๎๎๎๎๎๎ ๎๎๎๎๎๎๎๎ช๎ฟ๎๎๎๎๎๎ ๎ธ๎๎ท๎๎๎๎ธ๎๎๎น๎๎๎๎๎ ๎๎๎๎๎๎ช๎๎๎จ๎๎๎๎๎ช๎๎๎๎จ๎๎๎ฅ๎๎ฑ๎๎ฆ๎๎๎๎ฟ๎พ๎ท๎๎๎น๎๎๎ซ๎๎๎๎๎๎ณ๎๎๎๎๎๎๎๎โ๎๎๎๎ฟ๎๎๎ผ๎ฆ๎๎๎ธ๎๎๎๎๎ณ๎๎๎๎๎ค๎๎๎๎๎ผ๎๎๎น๎๎๎๎๎ ๎ผ๎๎๎๎๎๎๎๎ง๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎ ๎ธ๎๎ท๎๎๎๎ธ๎๎๎น๎๎๎๎น๎๎๎๎๎๎พ๎ ๎ผ๎ฐ๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎ ๎ธ๎๎๎๎ท๎ช๎๎๎๎ท๎๎๎ฉ๎๎๎ป๎๎๎๎น๎โ๎๎๎๎๎๎๎น๎๎๎ฟ๎๎๎๎๎น๎๎๎๎๎ผ๎๎๎๎ด๎๎๎ฅ๎น๎๎๎๎๎๎๎๎๎ช๎๎๎ฑ๎๎๎ฎ๎๎น๎๎ง๎๎๎ฝ๎ฑ๎๎ญ๎๎ง๎๎๎๎๎๎ท๎๎๎๎๎ธ๎๎๎๎๎๎ ๎๎๎๎Keywords Pola asuh, ngeloni anak, ibu-ayah, keluarga harmonis Azam Syukur Rahmatullah, Penguatan Perilaku Ngeloni Anak oleh Orang Tua ...34PENDAHULUANMembangun keluarga sakinah, mawaddah, warahmah, yang diharapkan Allah Swt melalui ayat-ayat-Nya memang tidaklah mudah. Membutuhkan keseimbangan antara kemauan dan kemampuan, dua hal yang idealnya berjalan selaras tanpa pembatas. Dikatakan demikian sebab bisa saja seseorang merasa dirinya memiliki kemauan untuk membangun keluarga sakinah, namun pada kenyataannya dirinya tidak mampu menterjemahkan kemauannya dengan bijak. Demikian pula sebaliknya, bisa saja seseorang merasa mampu untuk membangun keluarga sakinah, tetapi pada kenyataannya mampu saja tidak cukup manakala dari dalam dirinya tidak ada kemauan bergerak menuju keluarga sakinah. Hal tersebut menguatkan bahwa keduanya memang harus berjalan harmonis, sehingga efect-nya akan mengarah kepada tujuan akhir sesuai nyata memperlihatkan bahwa tidak sedikit keluarga-keluarga baru maupun lama yang mengalami split family, yakni kondisi di mana keluarga yang dibangun tidak mampu berdiri dengan kokoh. Dengan kata lain, keluarga mengalami crah lan bubrah rusak dan bubar. Hal tersebut salah satunya dikarenakan tidak mampunyai pasangan suami-istri atau ayah-ibu dalam mengharmonisasikan antara kemauan dan kemampuan dalam membangun visi, misi, dan tujuan dalam berumah tangga. Meskipun ada faktor-faktor lain yang menjadikan rumah tangga sebab lain menurut penulis adalah Pertama, kurangnya ilmu pengetahuan tentang pernikahan. Kebanyakan pasangan yang baru menikah dalam kondisi โkering ilmu pernikahanโ dan โkental nafsuโ yang pada akhirnya mempercepat umur pernikahan. Sedangkan bagi pasangan yang menikah lama, keretakan keluarga dan perceraian dialami dikarenakan tidak mengarahkan diri menuju โmanusia pembelajarโ. Indikasi dari manusia pembelajar adalah keinginan kuat untuk terus belajar. Dalam hal ini, belajar tentang bagaimana rumah tangga yang baik, bagaimana mengharmonisasikan rumah tangga, dan bagaimana menjadikan rumah tangga sebagai surganya dunia. Kebanyakan dari pasangan lama yang menikah hanya jor klowor terserah apa adanya saja atas penikahan yang dijalani tanpa ada usaha dan upaya untuk mengharmonisasikan dengan penambahan keilmuan. Akibatnya, dalam perjalanannya mengalami kegoncangan dan kegoyahan yang pada akhirnya mengalami lainnya yang tidak dapat dipandang sebelah mata adalah pengalaman masa lampau old experience yang dialami oleh si anak. Pada masa kecilnya mereka tidak mendapatkan kelekatan attachment yang idealnya diberikan orang tua, akibatnya menjadikan โkondisi kejiwaan anakโ sering mengalami kegoncangan dan atau kekalutan mental yang akhirnya terbawa hingga dewasa, 35Cendekia Vol. 14 No. 1, Januari - Juni 2016bahkan ketika berumah tangga. Hasil penelitian Moh. Shochib menyebutkan adanya keterikatan erat antara pengalaman masa lalu yang tidak sehat pada anak yang diciptakan oleh orang tua pada waktu mengasuhnya dengan perilaku yang dibawa keseharian menuju masa dewasa dan rumah Sri Esti Wuryani Djiwandono menyatakan bahwa anak-anak yang rentan terlukai dan dilukai adalah anak-anak yang mengalami disharmonisasi diri yang diakibatkan masa kecilnya tidak mendapatkan perilaku sehat dalam pola asuh orang tuanya, yang kemudian terbawa sampai mereka dewasa dan berumah satu bentuk ketidaksehatan orang tua dalam pola asuhnya yang dapat mempengaruhi perilaku anak pada masa dewasa dan berumah tangga adalah perilaku ngeloni anak. Asumsi yang terbentuk di masyarakat adalah ngeloni anak dari umur 0-5 tahun adalah tugas ibu, bukan tugas bapak, sehingga menjadikan kedekatan emosional antara anak dan bapak kering, yang menjadikan pula anak dengan bapaknya merasa jauh, atau bahkan mungkin sering kali berpolemik dan berkonflik. Realitas yang terjadi adalah adanya ibu-ibu yang tidak sempat melakukan perilaku ngeloni anaknya karena harus menjadi tenaga kerja wanita TKW di luar negeri, atau menjadi tenaga kerja domestik yang dengan berat hati harus meninggalkan buah hatinya dan diserahkan kepada suaminya untuk merawat. Perilaku โngeloni anakโ yang dilakukan bapak selama ibunya pergi menjadikan anaknya lebih dekat kepada bapaknya daripada ibunya. Bahkan ketika si ibu kembali ke rumah, anak merasa asing dan tidak kenal dekat dengan ibu kandungnya sendiri. Hal-hal yang demikian menjadikan rawan konflik dalam keluarga. Konflik antara anak dengan orang tua atau konflik yang akan terjadi pada saat anak kelak dewasa tatkala anak membangun rumah tangga dikarenakan pengalaman masa lalu yang masih melekat di dalam diri. Berdasarkan pemaparan di atas, penulis ingin menggali lebih dalam perihal hal-ihwal perilaku ngeloni anak dan fungsinya terhadap kondisi kejiwaan anak, baik saat kecil maupun saat dewasa serta pengaruhnya bagi keharmonisan keluarga. Dengan kajian ini diharapkan akan menjadi acuan utama bagi orang tua untuk memanfaatkan moment masa bayi dan masa anak-anak untuk ngeloni anak-anak mereka dengan Mochammad Shochib, Pola Asuh Orang Tua Dalam Membantu Remaja Mengembangkan Kedisplinan Diri, Jakarta Rineka Cipta, 2000, 17 2 Sri Esti Wuryani Djiwandono, Konseling dan Terapi dengan Anak dan Orang Tua, Jakarta Grasindo, 2005, 77. Azam Syukur Rahmatullah, Penguatan Perilaku Ngeloni Anak oleh Orang Tua ...36Mengenal Dekat Istilah Ngeloni Anak dan Bunga RampainyaKata ngeloni anak merupakan perpaduan dari dua kata yang berbeda asal bahasanya. Ngeloni berasal dari bahasa Jawa yang berarti memeluk, sedangkan anak berasal dari bahasa Indonesia, yang dalam bahasa Jawanya adalah bocah. Apabila digabungkan ngeloni anak โmenurut penulisโ memiliki pengertian Pertama, memeluk anak tatkala tidur, dengan penuh belaian kasih sayang dan cinta yang dalam kepada anak. Kedua, menghantarkan anak menuju tidurnya dengan membelai kepala anak, mengusap-usap bahu anak, yang dilakukan dengan sentuhan kasih sayang tanpa adanya kebencian, amarah, dan emosi negatif lainnya kepada anak. Sementara dalam Bahasa Inggris memeluk anak adalah hugging children yang diartikan dengan to put the arms around someone or the child especially as way of showing love or Christine Agro penulis buku 50 Ways to Live Life Consciously as Well as of The Conscious Living Wisdom Cards Special Momโs Edition menyatakan bahwa yang dimaksud dengan hungging children adalah cara mendekati atau melekat dengan anak dengan memberikan sentuhan-sentuhan yang membuat anak nyaman comfort, membahagiakan to make a happy, memunculkan kesejatian cinta dari anak kepada orang tua atau dari orang tua kepada anak pure love, dan menyehatkan jiwa anak to health the heart, yakni dengan cara memeluk anak tanpa syarat dan alami nature.4 Pernyataan Christine Agro diperkuat dengan pernyataan Singgih D. Gunarsa dan Yulia Singgih D. Gunarsa yang mengatakan bahwa ngeloni anak merupakan tindakan melekatkan rasa attachment dengan anak, yakni dengan cara memeluk dengan hati yang murni, menyalurkan hawa kehangatan rasa kepada anak, sehingga akan tercipta hubungan cinta kasih dan keterikatan yang murni Allen N. Mendler mengatakan bahwa salah satu media mendidik dengan hati adalah dengan seringnya melakukan perilaku memeluk anak. Sebab, akan menumbuhkan ikatan personal yang kuat dan menumbuhkan pribadi positif bagi beberapa pernyataan para pakar di atas semakin meyakinkan asumsi penulis bahwa ngeloni anak merupakan media penting yang tidak boleh dipandang sebelah mata. Ngeloni anak menjadi dasar perilaku anak selanjutnya. 3 diakses pada 25 Desember 2015. 4 Christine Agro, The Conscious Momโs Guide, diakses pada 25 Desember 2015 5 Singgih D. Gunarsa dan Yulia Singgih D. Gunarsa, Psikologi Remaja, Jakarta Gunung Mulia, 2007, Allen N. Mendler, Mendidik dengan Hati, terj. Endriyani Azwaldi, Bandung Kaifa, 2010, 43. 37Cendekia Vol. 14 No. 1, Januari - Juni 2016Semakin tulus dan murni orang tua memberikan pelukan hangat dan kasih kepada anaknya, maka dimungkinkan perilaku anak di masa perjalanannya menuju remaja dan dewasa akan semakin sehat. Sebab, ada step dalam proses pertumbuhan yang terpenuhi dengan baik tidak hilang, yakni step kehangatan dan kedamaian yang dirasakannya sejak masa macam perilaku ngeloni anak ini yang dilakukan orang tua kepada anak sesuai dengan observasi yang penulis lakukan selama ini, di antaranya Pertama, ngeloni anak gaya membisu. Dalam hal ini orang tua memeluk anak untuk menghantarkan anak tidur dengan mengelus-elus kepala anak dan menepuk-nepuk bahu anak dengan tanpa bersuara dan tanpa berkomunikasi, kecuali hanya suara tepukan bahu. Gaya ngeloni seperti ini merupakan gaya yang kurang hidup. Dikatakan demikian karena tidak adanya komunikasi dua arah antara anak dan orang tua. Apalagi jika ada nuansa pemaksaan kepada anak untuk tidur biasanya anak akan merasa tertekan untuk tidur dan orang tua pun malas-malasan dalam menidurkan anaknya. Kedua, ngeloni anak dengan mendongeng. Gaya ngeloni anak dengan mendongeng merupakan gaya yang hidup. Dalam hal ini terjadi komunikasi dua arah antara anak dan orang tua. Pada kondisi seperti ini, ibu-ayah akan banyak memberikan cerita-cerita fiksi yang menjadikan anak nyaman untuk mendengarkan dan tanpa disadari oleh diri anak sendiri akan tertidur. Umumnya sebelum tertidur, anak akan sering bertanya perihal isi cerita yang disajikan oleh ayah atau ibunya. Ketiga, ngeloni anak dengan gaya berdialog. Ngeloni anak gaya seperti ini juga merupakan tipe yang hidup karena adanya komunikasi dua arah yang sehat antara anak dan orang tua. Ibu-ayah sambil memeluk anak sambil menanyakan perihal kegiatan anak seharian, atau menanyakan berbagai hal yang menjadikan anak merasa terayomi. Terkadang sambil mengelus-elus anak sembari menyanyikan lagu atau memberi nasehat untuk anak. Ngeloni anak menjadi sesuatu yang sifatnya dianjurkan bahkan sesungguhnya merupakan โkebutuhanโ, sebab effect-nya akan mendekatkan dan melekatkan antara anak yang dikeloni dengan pihak yang me-ngeloni. Di dalam al-Qurโan Surat Al-Kahfi 18 ayat 46 disebutkan bahwa ๎๎ฒ๎ฐ๎๎ฎ๎๎ฎ๎น๎๎๎ฑ๎๎๎ฎ๎ช๎ฎ๎ ๎ ๎ฎ๎ฅ๎ณ๎ด๎๎ฎ๎ฅ๎๎ฎ๎๎ฐ๎๎ด๎๎๎ฒ๎ฐ๎๎ฎ๎๎ ๎ฏ๎๎๎ฎ๎ด๎ค๎๎ถ๎ธ๎๎๎ ๎ฏ๎๎๎ฎ๎ ๎ด๎๎๎ฎ๎๎ฐ๎๎๎ฎ๎น๎๎๎ฎ๎ ๎ฐ๎๎ท๎๎๎๎๎ด๎๎๎ฎ๎ ๎ฎ๎ฐ๎ค๎๎๎ฏ๎๎ฎ๎๎๎ด๎ฆ๎๎ฎ๎ท๎ช๎ฏ๎๎ฎ๎๎ฐ๎๎๎ฎ๎น๎๎ฏ๎ต๎๎ฎ๎ฐ๎ฆ๎๎พ๎๎๎ฟ๎๎ต๎ฎ๎๎ฎ๎Artinya โharta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan duniaโฆโDalam ayat tersebut terlihat dengan jelas adanya kalimat โanak-anak adalah pehiasan dunia,โ yang dalam hal ini dapat dimaknai bahwa seorang anak idealnya mendapatkan pelayanan yang terbaik dari orang tuanya. Pelayanan yang mampu Azam Syukur Rahmatullah, Penguatan Perilaku Ngeloni Anak oleh Orang Tua ...38menjadikan mereka terpenuhi kebahagiannya, baik secara moral, spiritual maupun material. Pelayanan tersebut idealnya diberikan orang tua sejak dalam kandungan, masa kelahiran serta masa pertumbuhan dan perkembangan, yang salah satunya dengan memberikan pelukan dan kehangatan kepada anak tatkala tidur maupun saat akan tidur. Memeluk dan menciumi anak sering dilakukan oleh Rasulullah Saw. Hal ini dapat dalam sebuah hadis yang mengisahkan bahwaโSuatu ketika Nabi Muhammd Saw mencium Hasan bin Ali di sebelah Aqraโ bin Habis. Melihat hal tersebut Aqraโ berkata โSungguh saya memiliki sepuluh orang anak, tidak ada seorang pun yang pernah saya ciumi di antara mereka.โ Rasulullah memandangnya kemudian bersabda ๎ฏ๎ง๎ฎ๎๎ฐ๎๎ฏ๎๎๎ฎ๎ด๎๎ฏ๎ง๎ฎ๎๎ฐ๎๎ฎ๎๎๎ฎ๎ด๎๎ฐ๎จ๎ฎ๎Artinya โSiapa yang tidak menyayangi, dia tidak akan disayangiโ.7Mendasarkan diri dari perilaku Rasulullah Saw tersebut, sejatinya tidak ada alasan bagi orang tua untuk tidak melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan Rasul, yakni mendekatkan dan melekatkan diri dengan anak dengan cara memeluk dan atau ngeloni mereka. Sebab yang demikian manfaatnya sungguh luar biasa bagi eksistensi anak di masa sekarang dan masa yang dilakukan Rasulullah Saw adalah sampai pada tahapan melekat attachment, tidak berhenti pada batasan mendekat. Sebab antara melekat dengan mendekat adalah suatu hal yang berbeda meskipun saling melengkapi. Hal ini dapat ditunjukkan pada gambar berikutGambar 1Tahapan Mendekat Tahapan mendekat merupakan tahapan yang belum terjadi penyatuan rasa dan penyatuan jiwa. Hanya sebatas baru saling mengenal dan mendalami, tetapi 7 HR Bukhari V/2235, Muslim IV/1809, Abu Dawud II/777, Tirmidzi IV/318, dan Ahmad II/228. 39Cendekia Vol. 14 No. 1, Januari - Juni 2016belum sampai pada tahapan menyatu the unity. Apabila kondisi demikian ditarik pada kehidupan anak dan orang tua, maka yang terlihat ibu-ayah atau ayah-ibu hanya sebatas mengenal anak dan berupaya mendalami apa yang ada pada anak, tetapi belum sampai pada tahapan penyatuan diri dengan anak. Masih terlihat adanya sekat-sekat tipis antara anak dan orang tua. Karena itu, tidak mengherankan manakala anak mencurahkan isi hati kepada orang lain daripada kepada orang tuanya. Lain halnya dengan tahapan melekat yang ditunjukkan pada gambar berikutGambar 2Tahapan MelekatTahapan melekat merupakan tahapan yang sudah terjadi penyatuan rasa dan jiwa antara anak dan orang tua sebagaimana teori yang disampaikan oleh Ainsworth yang menyatakan bahwa attachment atau melekat merupakan ikatan afeksi yang dibentuk antara individu dengan lainnya dan bertahan sepanjang waktu dan Dalam konteks ini, orang tua menjadi sahabat terbaik untuk anak. Orang tua menjadi problem solver yang utama bagi anak. Segala keluh kesah anak tidak disampaikan kepada orang lain, namun langsung kepada ibu-ayahnya sebagai sahabat sejatinya. Hal inilah yang disebut dengan kelekatan antara anak dan orang tua. Kondisi ini dapat terjadi apabila sejak kecil anak sudah mendapatkan makanan/hidangan afeksi yang kuat, terutama pada aspek pembiasaan perilaku ngeloni memeluk Anak oleh Ibu-Ayah sebagai Media Pendidikan Jiwa Anak Menuju Pribadi yang MatangDalam konsep yang ditawarkan oleh Abraham Maslow yakni โphyramida of needโ disebutkan bahwa manusia sejatinya harus tercukupi aspek kebutuhan fisiologis physiological need, kebutuhan rasa aman safety need, kebutuhan rasa cinta dan memiliki love and belonging need, kebutuhan harga diri esteem need dan kebutuhan aktualisasi diri actualization need.9 Kelima kebutuhan dasar 8 Zanden, Human Development, New York McGraw-Hill, 1997, Maslow, Motivasi dan Kepribadian, terj. Nurul Iman, Bandung Pustaka Binaman Pressindo, 1993, 70. Azam Syukur Rahmatullah, Penguatan Perilaku Ngeloni Anak oleh Orang Tua ...40tersebut idealnya harus dimiliki dan dicukupi bagi manusia, sejak anak masih dalam kandungan, terlebih setelah anak lahir dan mengalami pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun phyramida of need tersebut terlihat bahwa seorang anak tidak hanya membutuhkan kebutuhan fisik saja, tetapi lebih dari itu, membutuhkan rasa aman, cinta, kasih sayang, dan saling memiliki yang ending-nya adalah kebutuhan aktualisasi diri. Semua itu menjadi hal yang sifatnya berkelanjutan, bukan berkesudahan. Artinya, banyak orang tua yang gagal paham, mereka sudah memberikan anak dengan fasilitas sopir menuju sekolah, anak sudah diberikan fasilitas barang mewah seperti laptop harga tinggi, hand phone canggih, atau anak sudah difasilitasi dengan uang berlimpah, tetapi terputus hanya aspek fisik semata, sedangkan aspek kasih sayang, pengertian, persahabatan orang tua-anak, pujian, motivasi tidak dipenuhi ayah-ibunya. Pada akhirnya, menjadikan pribadi anak kurang atau bahkan mungkin sampai pada tahapan tidak dalam bukunya berjudul Growth Psychology Models of The Healthy Personality menyebutkan bahwa pribadi anak yang kurang atau tidak matang mengandung unsur-unsur tidak memiliki keamanan emosional sering mengalami kekalutan emosi, tidak hangat manakala berhubungan dengan orang lain cenderung asosial/anti-sosial, tingkat pemahaman diri yang rendah, tidak memiliki perluasan diri yang Salah satu penyebab kondisi anak yang demikian dikarenakan minimnya pengayaan anak dengan aspek-aspek keamanan dan kenyamanan, cinta, kasih sayang dan memiliki, penghargaan, pemahaman, dan lebih dikayakan pada aspek untuk menuju pribadi anak yang matang orang tua tidak hanya memberikan aspek pemenuhan material saja, tetapi juga pemenuhan batiniyyah kepada anak. Salah satu wujud kongkret pemenuhan aspek batiniyyah adalah dengan perilaku ngeloni anak, baik pada saat anak tidur maupun tidak tidur. Ngeloni anak yang mampu menjadikan pribadi anak matang adalah jenis ngeloni anak tanpa syarat the nature hungging children. Penulis mengasumsikan bahwa ngeloni anak tanpa syarat mengandung beberapa kriteria, di antaranya1 Adanya ketulusan-murni tatkala memeluk, membelai, dan menina- bobokan anak. Sebab, akan tampak perilaku ibu atau ayah manakala mereka tidak tulus-murni saat memberikan pelukan. Terlihat rasa enggan atau ogah-ogahan dalam Tidak didahului dengan pemaksaan kepada anak untuk tidur, tetapi lebih pada โmemahamkan anakโ untuk tidur. Adanya orang tua-orang tua yang memaksa anak-anaknya untuk tidur, tanpa keinginan anak untuk tidur, 10 Duane Schualtz, Psikologi Pertumbuhan Model-model Kepribadian Sehat, penerj. Yustinus, Yogyakarta PT Kanisius, 1991, 30-35. 41Cendekia Vol. 14 No. 1, Januari - Juni 2016yang umumnya penolakan anak akan menjadikan orang tua marah. Dalam kondisi marah saat ngeloni anak, tidak akan terjadi kelekatan yang aman secure attachment antara anak dan orang Tidak adanya โiming-imingโ agar anak berkehendak tidur. Iming-iming merupakan โperilaku yang penuh syaratโ yang menjadikan anak mengalami ketergantungan. Hal yang terbaik yang dilakukan orang tua adalah โmemahamkan anakโ tentang pentingnya tidur. Dengan kesadaran diri dari anak untuk tidur tepat waktu dan dengan perilaku ngeloni anak yang tulus, maka akan membuat anak merasa nyaman dan menyatu dengan orang tuanya. Bahkan, apabila si anak merasa terayomi, terdamaikan dan ternyamankan tanpa adanya pemaksaan tidur dari orang tua, merekalah yang justru meminta untuk tidur dan dipeluk orang tuanya, sembari mendengarkan dongeng atau dialog dua arah antara anak dan orang Terajutnya dialog yang harmonis antara anak dan orang tuanya manakala anak dipeluk saat tidur. Sembari orang tua membelai kepala, dan menepuk-nepuk bahu anak, terjadi dialog harmonis. Anak biasanya akan bercerita tentang kejadian yang dialami dalam kesehariannya atau berceloteh tentang apa saja, dan orang tua menimpalinya dengan bijaksana. Demikian pula saat orang tua mendongeng, anak mendengarkan dengan seksama hingga tak terasa dirinya tidur. Perilaku-perilaku yang masuk dalam kategori ngeloni anak tanpa syarat di atas apabila dilakukan dengan rutin tanpa cacat, maka akan mengarahkan jiwa anak yang luas dan matang. Hal ini karena terpenuhi dengan apik nuansa psikologis batiniyyah sebagaimana yang disampaikan Abraham Maslow di muka yaitu adanya nuansa keamanan, nuansa cinta dan kasih sayang, nuansa penghargaan, serta nuansa pengertian dan Esti Wuryani Djiwandono menyatakan bahwa anak-anak yang di masa kecilnya memiliki masa-masa yang indah, damai dan mendamaikan, maka akan terbawa hingga besar. Manakala seorang anak memiliki pengalaman masa lampau yang harmonis dalam dirinya, maka ketika remaja/dewasa ia akan memiliki perilaku-perilaku yang selaras dengan kematangan emosi dan jiwanya yang sudah terbentuk positif sejak Hasil penelitian Moh. Shochib menyebutkan bahwa pola asuh anak di masa kecil yang dilakukan oleh orang tua akan mempengaruhi perjalanan anak menuju masa remaja dan beberapa perilaku positif yang dialami anak apabila mendapatkan kekayaan batiniyyah pada saat kecil dan kontinu mendapatkan kekayaan batiniyyah, antara lain yaitu Pertama, perilaku welas asih, baik welas asih kepada 11 Sri Esti Wuryani Djiwandono, Konseling dan Terapi, 16. 12 Mochammad Shochib, Pola Asuh Orang Tua, 14. Azam Syukur Rahmatullah, Penguatan Perilaku Ngeloni Anak oleh Orang Tua ...42keluarga dekatnya maupun welas asih kepada sesamanya. Kedua, Perilaku mengayomi. Hal ini dapat terjadi karena anak mendapatkan pengayoman yang baik dari sekitarnya terutama orang tua, sehingga di dalam mindset-nya tercipta keinginan berperilaku yang sama, yakni mengayomi, baik mengayomi diri sendiri maupun juga mengayomi orang lain. Ketiga, perilaku mudah bergaul. Anak-anak yang memiliki kekayaan afeksi positif yang dibentuk sejak dini, maka saat besar akan tumbuh menjadi anak-anak yang ramah, supel, dan mudah bergaul dengan siapa pun. Pada umumnya anak-anak yang demikian akan mudah berbaur tanpa mengalami keminderan atau beremosi yang idealnya dibangun oleh orang tua untuk menjadikan anak-anaknya berkepribadian matang dan luas adalah memberikan perilaku-perilaku yang mengkayakan afeksi anak, yang sifatnya double touch bukan one touch. Double touch dapat dimaknai sebagai sentuhan-sentuhan yang diberikan oleh ibu-ayahnya secara bersama-sama dan saling membahu untuk memberikan pelayanan terbaik untuk anak-anaknya. Dalam konteks ini, penting adanya kesadaran kuat dari orang tua untuk tidak hanya memberikan pelayanan material, namun juga pelayanan moral, immaterial, dan spiritual kepada anak. Kondisi apik yang demikian akan menjadikan anak berjiwa dan berperilaku positif. Sebab, fakta menunjukkan bahwa meskipun kedua orang tua masih lengkap, akan tetapi kedua-duanya atau salah satu di antaranya tidak mau memberikan pelayanan yang terbaik untuk anak-anaknya, maka berdampak pada anak, baik secara fisik maupun psikis. Kondisi semacam ini menjadikan anak terbengkalai, berjiwa kerdil dan berperilaku asosial. Oleh karena itu, pelayanan double touch dari kedua orang tua menjadi hal yang teramat penting, termasuk dalam hal ngeloni anak. Ngeloni anak idealnya dilakukan oleh kedua orang tua, tidak hanya ibu atau ayah saja. Hal ini menjadikan anak semakin merasa termanusiakan sebagai anak. Selanjutnya, yang dimaksudkan dengan one touch adalah sentuhan terhadap anak yang hanya dilakukan oleh salah satu orang tua, ayah atau ibu saja. One touch ini dapat terjadi antara lain karena salah satu orang tua meninggal dunia, bercerai, atau keduanya masih utuh namun keluarganya tidak harmonis split family, atau keduanya satu rumah tetapi yang berperan besar mengasuh dan menyentuh anak adalah salah satu dari keduanya saja, pihak yang satunya terkesan tidak peduli. Kondisi yang demikian sesungguhnya tidak diinginkan anak, tetapi anak dipaksa untuk menerima keadaan. Apabila anak memiliki tingkat kesadaran diri yang utuh dan konsep penerimaannya tinggi dengan kondisi yang demikian, maka akan menjadikan anak tetap berjiwa besar, matang, dan berpikiran luas. Namun lain halnya apabila anak memiliki tingkat kesadaran dan penerimaan diri rendah, maka kondisi di atas akan menjadikan anak berjiwa kerdil, minder, dan memiliki self motivation yang rendah. Semua itu akan berimbas terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut menuju masa remaja dan dewasa. 43Cendekia Vol. 14 No. 1, Januari - Juni 2016Oleh karena itu, membentuk kepribadian anak sehingga memiliki jiwa matang dan luas merupakan kewajiban orang tua. Dalam konteks ini, orang tua dituntut memiliki banyak pengetahuan tentang parenting anak. Dengan demikian, nantinya diharapkan mampu mengantarkan anak-anaknya dengan kepribadian yang matang menuju masa remaja dan dewasa. Relevansi Kepribadian Matang Anak terhadap Rumah Tangga yang Dibina Melalui Pembiasaan Ngeloni AnakMembentuk anak supaya memiliki kepribadian matang memang membutuhkan kerja keras. Langkah tersebut dapat dimulai dari dalam rumah lingkungan keluarga. Dalam konteks ini, ada dua hal yang menjadi titik poin tambahan Pertama, ketika seorang anak dalam keluarga mendapatkan ruang psikologis potential space/holding enviorement yang layak dan baik bagi pertumbuhan kepribadian anak, maka anak akan memiliki jiwa yang sehat. Kondisi semacam ini akan terbawa hingga mereka memasuki masa remaja dan dewasa. Bentuk dari ruang psikologi anak sebagaimana penulis sebutkan di atas adalah dengan menmperkaya aspek kebutuhan afeksi untuk anak. Salah satunya dengan pembiasaan ngeloni anak tanpa syarat, yakni dengan tulus dan kasih saying yang ketika anak dalam keluarga dapat membina relasi yang mendalam dengan anggota keluarga lainnya seperti ibu, ayah, saudara kandung dan lainnya, maka anak tersebut memiliki kepribadian yang matang dan sehat. Hubungan dengan sesama merupakan aspek penting yang memperlihatkan seberapa besar kecerdasan jiwa yang dalam hal ini adalah kecerdasan interpersonal, kecerdasan humanistik, dan kecerdasan sosial dimiliki oleh anak. Apabila seseorang memiliki hubungan yang baik dengan orang lain berarti ia memiliki jiwa dan kepribadian yang baik dan positif. Sebaliknya, manakala seseorang sering kali bermasalah dengan orang lain berarti orang tersebut tidak atau kurang memiliki jiwa dan kepribadian yang baik. Hal itu semua berhubungan erat dengan ruang psikologis keluarga potential space. Kedua unsur di atas merupakan jembatan bagi anak tatkala anak menuju pintu gerbang rumah tangga. Ada kaitan yang erat antara pengayaan unsur afeksi anak di masa kecil dengan membina rumah tangga. Anak-anak yang sewaktu kecil mendapatkan ruang psikologis space holding yang sehat dan matang, anak-anak yang selalu mendapatkan pelukan baca di-keloni hangat oleh ibu dan ayahnya, dan anak-anak yang tercukupi dengan baik unsur batiniyyah-nya akan berperilaku positif pada saat berumah tangga. Perilaku welas asih kepada pasangan dan anak-anaknya ditunjukkan dengan nyata. Perilaku mengayomi istri dan anak-anaknya dilakukan dengan penuh tanggung jawab dan penuh semangat. Serta perilaku mudah menyatu dan mudah bergaul dengan keluarga Azam Syukur Rahmatullah, Penguatan Perilaku Ngeloni Anak oleh Orang Tua ...44ditunjukkan dengan harmonis. Kesemua perilaku positif tersebut menjadikan rumah tangga harmonis dan yang dilakukan Universitas Cambridge mengungkapkan bahwa anak-anak yang bahagia pada masa kecilnya adalah anak-anak yang percaya diri dan akan menjadi orang dewasa yang percaya diri, sehingga mereka lebih memungkinkan untuk memangkas kerugian dan menghindari hubungan yang akan menjadikan dirinya tidak nyaman serta menghindari kegagalan dalam berumah tangga. Harapan utamanya adalah semuanya akan aman dan Penelitian lain yang dilakukan oleh Michael Rutter pada tahun 1971 berjudul โParent Child Separation, Psychological Effect on The Childrenโ menyatakan bahwa anak-anak yang dibesarkan dalam kondisi keluarga yang mengalami disfungsi perkawinan akan memiliki resiko besar yakni menjadikan anak nakal anti-sosial dan akan mengarahkan kelabilan perilaku anak, yang pada akhirnya menjadikan anak akan terganggu saat menuju masa remaja dan dewasa. Akibatnya, akan mengalami disfungsi perkawinan tatkala dirinya membina rumah pula hasil penelitian disertasi yang telah penulis lakukan kepada anak-anak pecandu NAPZA di Pondok Pesantren Inabah Suryalaya tahun 2013. Penulis berkesimpulan bahwa anak-anak pecandu NAPZA merupakan anak-anak korban keegoisan orang tua yang salah dalam mengasuh. Selain itu, adanya disfungsi keluarga dan perkawinan menjadikan mereka sejak kecil kehilangan makna kasih sayang. Bahkan, mereka tidak tahu lagi bagaimana rasanya cinta dan kasih saying orangtuanya. Akibatnya, mereka beralih ke Dalam konteks interaksi sosial, mereka merasa sulit percaya kepada orang lain dan tidak mudah menyamankan diri dengan orang lain. Dengan kata lain, mereka mengalami gangguan hubungan sosial. Kondisi semacam ini pastinya berpengaruh tatkala mereka membina bahtera rumah hasil penelitian di atas semakin menyakinkan bahwa adanya keterkaitan yang erat antara perilaku mengasuh anak sejak kecil yang kaya dengan unsur batiniyyah โyang salah satunya dengan mengayakan aspek ngeloni anakโ dengan terciptanya keluarga harmonis seimbang pada saat si anak tumbuh dewasa dan berumah tangga. 13 Madani Mental Health Care Fondation, www. diakses pada 5 Januari Diambil dari buku Dadang Hawari, diakses pada 5 Januari 2016. 15Azam Syukur Rahmatullah, โPenangangan Kenakalan Pecandu NAPZA dengan Pendidikan Berbasis Kasih Sayang Studi Di Pondok Inabah XV Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalayaโ, Disertasi, Yogyakarta Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2013. 45Cendekia Vol. 14 No. 1, Januari - Juni 2016Hal di atas selaras dengan puisi berjudul โAnak Belajar dari Kehidupanโ karya Dorothy Law Nolte yang menggambarkan bagaimana perbedaan antara anak yang dididik dengan pengayaan unsur batiniyyah dengan yang dididik tanpa pengayaan unsur batiniyyah. Hasilnya pastinya berbeda. Berikut ini puisinya16 Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memakiJika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahiJika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diriJika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyesali diriJika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diriJika anak dibesarkan dengan dorongan/motivasi, ia belajar percaya diriJika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargaiJika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan, ia belajar keadilanJika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaanJika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi dirinyaJika anak dibesarkan dengan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam puisi Dorothy di atas dapat dibagi 2 dua aspek yang berbeda, yakni kandungan unsur-unsur yang mendukung pengayaan unsur batiniyyah dan yang tanpa pengayaan unsur batiniyyah. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut17Gambar 3Kandungan Unsur-unsur Tanpa Pengkayaan Batiniyyah16 Saiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga Sebuah Perspektif Pendidikan Islam, Jakarta PT Rineka Cipta, 2004, Ibid. Azam Syukur Rahmatullah, Penguatan Perilaku Ngeloni Anak oleh Orang Tua ...46Gambar 4Kandungan Unsur-unsur dengan Pengakayaan BatiniyyahDengan demikian, dapat dipastikan bahwa hal yang terpenting dalam mendidik anak adalah sikap dan perilaku. Sebab, keduanya memiliki pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan jiwa anak. Manakala sikap dan perilaku positif terhadap anak dan banyak mengandung unsur pengayaan batiniyyah, maka hasil yang didapatkan adalah anak-anak yang positif dan sehat mental. Lain halnya jika sikap dan perilaku yang ditampakkan dalam mendidik adalah negatif, maka hasil yang didapatkan adalah anak-anak yang kurang sehat mental dan cenderung menyimpang. Gambaran tentang hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut18Gambar 5Hasil Sikap dan Perilaku Positif18 Ibid. 47Cendekia Vol. 14 No. 1, Januari - Juni 2016Gambar 6Hasil Sikap dan Perilaku Negatif Oleh karena itu, anak membutuhkan pendidikan dengan pola asuh yang kaya unsur batiniyyah-nya. Dengan demikian, akan tercipta anak-anak yang sehat pikiran, sehat hati, sehat perbuatan, sehat tingkah laku, sehat ucapan, dan sehat-sehat lainnya, yang kelak saat mereka membina rumah tangga akan menghasilkan rumah tangga yang berkualitas dan pemaparan di atas terlihat jelas bahwa peranan ngeloni anak memeluk anak sangat besar bagi perkembangan anak di masa depan. Semakin sering orang tua memberikan pelukan hangat yang di dalamnya terdapat nuansa kasih sayang yang tulus, dorongan positif, memberi rasa aman dan nyaman, dan persahabatan, maka kesempatan untuk menjadi anak-anak yang memiliki kepribadian yang sehat semakin besar. Kepribadian yang sehat dan matang akan berpengaruh secara positif pada saat dirinya membina rumah tangga yaitu rumah tangga yang harmonis. Sebaliknya, semakin orang tua jarang atau tidak pernah memberikan pelukan hangat, maka semakin besar pula kemungkinan anak memiliki kepribadian yang sakit. Kepribadian sakit ini pada akhirnya menjadi problematika bagi anak, baik di masa sekarang maupun saat perkembangan menuju masa remaja dan dewasa, termasuk saat mereka membina rumah tangga. Kondisi semacam itu berpotensi menimbulkan split family dan disfungsi perkawinan. Azam Syukur Rahmatullah, Penguatan Perilaku Ngeloni Anak oleh Orang Tua ...48DAFTAR PUSTAKADjamarah, Syaiful Bahri, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga Sebuah Perspektif Pendidikan Islam, Jakarta PT Rineka Cipta, 2004. Djiwandono, Sri Estu Wuryani, Konseling dan Terapi dengan Anak dan Orang Tua, Jakarta Grasindo, Singgih, Psikologi Remaja, Jakarta BPK Gunung Mulya, 1988. _______, Psikologi Remaja, Jakarta Gunung Mulia, 2007. _______, Singgih & Ny. Singgih Gunarsa, Psikologi Remaja, Jakarta Gunung Mulia, Dadang, Doโa dan Dzikir sebagai Pelengkap Terapi Medis, Jakarta Dana Bhakti Prima Yasa, 1997. Maslow, Motivasi dan Kepribadian, terj. Nurul Iman, Bandung Pustaka Binaman Pressindo, Allen, Mendidik dengan Hati, terj. Endriyani Azwaldi, Bandung Kaifa, 2010. Rahmatullah, Azam Syukur, โPenangangan Kenakalan Pecandu NAPZA dengan Pendidikan Berbasis Kasih Sayang Studi Di Pondok Inabah XV Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalayaโ, Disertasi, Yogyakarta Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2013. Shochib, Mochammad, Pola Asuh Orang Tua dalam Membantu Remaja Mengembangkan Kedisplinan Diri, Jakarta Rineka Cipta, Duane, Psikologi Pertumbuhan Model-Model Kepribadian Sehat, penerj. Yustinus, Yogyakarta PT Kanisius, Human Development, New York McGraw-Hill, dari Website diakses pada 25 Desember 2015. diakses pada 25 Desember 2015. diakses pada 5 Januari 2016. ... Data yang sudah diperoleh oleh peneliti kemudian dianalisis dengan pendekatan reduktif fenomenologis dan editik Subandi, 2009 Rahmatullah, 2016. ...Azam Syukur Rahmatullah Moh. Toriqul ChaerPenelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui bagaimana perjuangan seorang nenek dalam mendidik mental para cucunya yang diasuh dan dititipkan kepada mereka oleh orang tua kandungnya. Para nenek yang dimaksud adalah mereka yang dianggap berhasill membentuk resiliensi mental para cucu. Hal ini dikarenakan tidak semua nenek berhasil membentuk mental para cucu. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan pendekatan fenomenologi. Lokasi penelitian adalah di daerah Puring Kebumen Jawa Tengah dengan tiga nenek yang dianggap sukses mengasuh dan mendidik cucu kandungnya. Ketiga nenek tersebut diambil berdasarkan kriteria-kriteria yang sesuai dan dianggap berhasil menerapkan pendidikan resiliensi mental kepada cucu kandungnya. Cucu-cucu yang dijadikan objek penelitian juga mereka yang dirasa berhasil menerapkan pendidikan resiliensi mental yang diberlakukan oleh nenek mereka. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan fenomenologi, yakni suatu pendekatan yang lebih memperhatikan pada pengalaman subjektif individu. Hal ini dikarenakan tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh pandangan individu terhadap diri dan dunianya, konsep tentang diri, harga diri dan segala hal yang menyangkut kesadaran atau aktualisasi diri. Hal ini berarti melihat tingkah laku seseorang selalu dikaitkan dengan fenomena tentang dirinya. Temuan dari penelitian ini menyatakan bahwa dari ketiga nenek di Puring Kebumen, samaรขโฌโsama memiliki konsep dan tindakan yang tepat dan jelas kepada para cucunya. Anak yang diasuh nenek memiliki perkembangan kemandirian dan kognitif yang baik. Keterkaitan antara nenek, ibu dan anak menunjukkan sinergi bagi kelekatan emosi diantara mereka. Adanya signifikansi ibu yang berusia lebih muda, lama pendidikan dan kelekatan nenek-anak akan mempengaruhi peningkatan kemandirian pada diri Syukur Rahmatullah Fitriah M SuudNurlinda AzisThis study investigates bullying done by santri Islamic boarding school students, which happens in any Islamic boarding school, whether large or small, majority or minority, salafiyah or khalafiyah Islamic boarding schools. As happened in the minority Islamic boarding school in Tana Toraja, South Sulawesi, there are indications of bullying by fellow santri. However, the levels in each Islamic boarding school are different. Hence, this study used an ethnomethodological approach to observing individual behavior by taking conscious actions, how they acted, or how they learned in taking these actions. The data were collected through an in-depth interview with the research respondents. Data description and interpretation were carried out since the data collection earlier using the ethnomethodological approach. It did not wait for the data to accumulate a lot. The study results showed that although Islamic boarding school was a minority, it was not necessarily free from the behavior of santri who were bullying other santri. Santri, who did the bullying, resulted from the parentsโ formation and unfriendly upbringing while at home, negatively impacting other santri. Meanwhile, the healing of bullying conducted by the Islamic boarding school focused on healing the soul and heart by strengthening the spiritual aspect so that there is a unification of feelings between santri and God. Penelitian ini mengkaji tentang perilaku bullying yang dilakukan oleh santri, yang ternyata tidak memandang pesantren manapun. Baik pesantren besar atau kecil, pesantren mayoritas atau minoritas, pesantren salafiyah atau khalafiyah. Sebagaimana di Pesantren Minoritas Tanah Toraja Sulawesi Selatan pun tidak lepas dari indikasi perilaku bullying oleh sesama santri, meski kadarnya masing-masing persantren berbeda-beda. Penelitian ini menggunakan pendekatan etnometodologi yang mengamati perilaku individu dengan mengambil tindakan yang disadari, cara pengambil tindakannya, atau cara pula cara mereka belajar, dalam mengambil tindakan tersebut. Metode pengumpulan data adalah dengan teknik wawancara mendalam kepada para respoden penelitian. Pendekatan etnometodologi deskripsi dan penafsiran data dilakukan sejak pengumpulan data pertama, dan tidak menunggu data menumpuk banyak. Hasil penelitian menyatakan bahwa meskipun pesantren minoritas, tidak serta merta terbebas dari perilaku santri yang bullying terhadap santri lainnya. Santri yang bullying adalah hasil dari bentukan dan pengasuhan orang tua selama di rumah yang tidak ramah, yang berakibat memberikan dampak buruk bagi santri lainnya. Adapun penyehatan perilaku yang dilakukan oleh pihak pesantren berfokus pada penyehatan jiwa dan hati, dengan menguatkan aspek spiritual, sehingga adanya penyatuan rasa antara santri dengan Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga Sebuah Perspektif Pendidikan IslamSyaiful DjamarahBahriDjamarah, Syaiful Bahri, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga Sebuah Perspektif Pendidikan Islam, Jakarta PT Rineka Cipta, dan Dzikir sebagai Pelengkap Terapi MedisDadang HawariHawari, Dadang, Do'a dan Dzikir sebagai Pelengkap Terapi Medis, Jakarta Dana Bhakti Prima Yasa, Kenakalan Pecandu NAPZA dengan Pendidikan Berbasis Kasih Sayang Studi Di Pondok Inabah XV Pondok Pesantren Suryalaya TasikmalayaAzam SyukurAzam Syukur Rahmatullah, "Penangangan Kenakalan Pecandu NAPZA dengan Pendidikan Berbasis Kasih Sayang Studi Di Pondok Inabah XV Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya", Disertasi, Yogyakarta Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2013.Psikologi Pertumbuhan Model-Model Kepribadian Sehat, penerj. YustinusDuane SchualtzSchualtz, Duane, Psikologi Pertumbuhan Model-Model Kepribadian Sehat, penerj. Yustinus, Yogyakarta PT Kanisius, ShochibShochib, Mochammad, Pola Asuh Orang Tua dalam Membantu Remaja Mengembangkan Kedisplinan Diri, Jakarta Rineka Cipta, Kenakalan Pecandu NAPZA dengan Pendidikan Berbasis Kasih Sayang Studi Di Pondok Inabah XV Pondok Pesantren Suryalaya TasikmalayaAllen MendlerMendidik Dengan HatiTerj Endriyani AzwaldiMendler, Allen, Mendidik dengan Hati, terj. Endriyani Azwaldi, Bandung Kaifa, 2010. Rahmatullah, Azam Syukur, "Penangangan Kenakalan Pecandu NAPZA dengan Pendidikan Berbasis Kasih Sayang Studi Di Pondok Inabah XV Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya", Disertasi, Yogyakarta Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, dari Website diakses pada 25 DesemberHuman ZandenDevelopmentZanden, Human Development, New York McGraw-Hill, 1997. Sumber dari Website diakses pada 25 Desember 2015.
Ku Berbahagia - Di Jalanku Ku Diiring Karena dia buta, sejak kecil matanya tidak bisa melihat karena kesalahan obat yang diberikan dokter. Sejak kecil pula Fanny hidup sebagai anak yatim dan diasuh oleh ibu dan neneknya. Bagaimana dengan Daud yang menulis Mazmur 100:1-5 ini? Kalau kita baca Mazmur 100, isinya seruan kegembiraan ya
Peran pengasuhan selama ini fokus pada peran ibu, ibu dianggap sebagai orang yang paling bertanggung jawab dalam mendidik anak-anak. Benarkah demikian bahwa perkembangan psikologis anak hanya bergantung pada peran ibu? Selama beberapa dekade terakhir, kehadiran peran ayah semakin meningkat dalam penelitian, namun penelitian tentang ayah masih tertinggal jika dibandingkan dengan ibu. Namun, dari seluruh penelitian yang dilakukan menampilkan hasil bahwa peran ayah memiliki kontribusi yang besar dalam perkembangan anak. Anak yang diasuh dengan seimbang antara ayah dan ibu memiliki perkembangan emosi yang lebih baik. Kita simak, yuk masing-masing peran ayah dan ibu memberikan peran apa. Peran ayah dalam pengasuhan sebetulnya diperlukan sejak anak baru lahir, selama ini banyak dari kita berpikir bahwa saat anak baru lahir ibu yang paling punya peran, padahal kenyataannya jika bayi baru lahir, digendong, diajak berbicara walaupun satu arah dan si bayi belum dapat menjawab, bayi tetap mampu mengenali ayah dan menerima emosi positif dari ayahnya. Sejak tahun 1984, Goldeberg menyampaikan penelitiannya bahwa anak yang sejak bayi dekat dengan ayahnya, maka saat anak usia 6 bulan sampai 1 tahun akan memiliki kemampuan berpikir yang lebih baik dan maju seperti tampak lebih mampu memecahkan masalah. Tidak saja berdampak saat anak bayi, anak yang dekat dengan ayahnya, menurut Venaziano di tahun 2000 melakukan penelitian dan mengatakan bahwa saat anak remaja mereka akan memiliki kepercayaan diri yang lebih baik. Banyak ya ternyata dampak hadirnya peran ayah dalam pengasuhan tidak terbatas hanya mencari nafkah saja, kehadiran ayah secara fisik dan emosi sangat penting bagi perkembangan anak. Tentu saja pulang kerja masih harus bermain bersama anak rasanya lelah sekali, namun ibu di rumahpun juga lelah mendampingi dan mengerjakan pekerjaan rumah. Bagaimanapun menjadi orang tua adalah tugas bersama, mendidik anak juga tugas bersama bukan tugas salah satunya saja. Hamil, melahirkan dan menyusui tidak bisa digantikan oleh ayah, namun bermain, memandikan, membuatkan susu atau makanan, menggantikan baju dapat kok dilakukan oleh ayah, tentu juga bisa dilakukan sambil mengajak anak bicara dan bercanda. Selain peran ayah, peran ibu sejak berabad lamanya sudah sangat penting bagi perkembangan anak baik bagi perkembangan psikologis anak. Akan lebih baik jika kedua peran ini dapat dimaksimalkan untuk bekerjasama mengasuh anak secara seimbang. Selelah apapun kita menjalani peran, tetaplah lakukan diskusi dan komunikasi dengan pasangan tentang manfaat keseimbangan peran ayah dan ibu dalam pengasuhan. Anak membutuhkan kehadiran keduanya dalam pengasuhan dan perkembangannya. Sumber Parenting Module Rumah Anak SIGAP, Tanoto Foundation Rohner, Ronald & Veneziano, Robert. 2001. The Importance of Father Love History and Contemporary Evidence. Review of General Psychology. 5. 382-405.Kadoulang tahun dari Ayah. Seumur hidup aku tidak pernah berbicara dengan ayah, bergurau bersama atau menerima kasih sayang dan timangannya. selama ini hanya ada aku dan ibu di rumah ini, ibu yang membesarkan dan mendidiku tanpa sentuhan sedikitpun dari seorang suami yang selalu didambakan. Namun kali ini ayah akan memberikanku sebuah kado di
Akudiasuh oleh salah satu tetanggaku, orangnya bisa dibilang tua dan bertanggung jawab. aku memanggilnya dengan sebutan "emak". ternyata orang tuaku memilih SD Islam yang merupakan sekolah swasta dengan tujuan agar aku lebih mengenal ilmu agama sejak kecil. Semua kakak ku sekolah di TK, SD, Bahkan SMA yang sama. Bapak adalah perokok
Malin Kundang sejak kecil telah ditinggalkan ayahnya. Dengan kasih sayang, ia diasuh oleh ibunya. Setelah besar, atas izin dan doa restu ibunya, ia pergi pandang kutipan cerita itu adalah ... Orang ketiga di dalam ceritaOrang ketiga di luar ceritaOrang pertama pelaku utamaOrang pertama pelaku sampinganpliiiis tolongโ JawabanOrang pertama pelaku pertama. Penjelasan Karena berdasarkan cerita Malin Kundang,Malin Kundanglah yang pertama mulai. Jadi, jawabannya orang pertama pelaku utama. Semoga membantu Penjelasanorang pertama pelaku utamamaaf kalo salahsalam dari smp ll arjosari ,pacitan,jatimyanDiAn_05AhmdAng_017-_ Pertanyaan baru di B. Indonesia mau point free gaklumayan 100 pointโ pada hari yang sangat panas kata jendela rumah dapat pecah-pecahan kaca terjadi karena kacang menguap jika ruangan pada bingkai intensitas cukup untuk โฆ membuat pemuaian ini maka bingkai akan menahan pemain kaca akibat kaca dapat pecah untuk mengatasi masalah ini kaca bingkai kaca jendela desain sedikit lebih besar daripada ukuran kaca pada suhu normal kesimpulan dari teks tersebut adalahโ Hasil sederhana dari sin 5x โ 4y = .... Rita , Nita dan Mira pergi bersama sama ke tokoh buah. Rita membeli 2 kg apel, 2 kg anggur, dan 1 jeruk dengan harga Nita membeli 3 kg a โฆ pel, 1 kg anggur dan 1 kg jeruk dengan harga Rp. Mira membeli 1 kg apel, 3 kg anggur, dan 2 kg jeruk dengan harga Harga 1 kg apel, 1 kg anggur, dan 4 kg jeruk seluruhnya adalah Kerapian dan kebersihan dalam poin kegiatan pojok baca
Jadi korban diambil anak oleh kakak kandung ayahnya. Namun di tengah merawat itu, bapak angkat korban meninggal dunia. Hingga akhirnya korban diasuh ibu angkat yang tak punya penghasilan, dansaatcairan kental transparan membanjiri perutku aku tak merasakannya haya kesakitan dalam wajah yng kau pernak mengerti sjak kapan kau memiiki sikap itu menyakitiku dulu baru memakanku idup-hidup apakah penah kaupikir kenikmatankah yang aku dapat aau hanya keskitan yng aku pikirkan 4 tahun kita berumah tangga aku tak pernah meenanyakan sebab an kapan kau memulai itu semua